Apakah Anda sering lupa saat mencari suatu benda? Misalnya Anda sering lupa meletakkan di mana kunci Anda? Atau lupa hal penting yang harus dilakukan? Lupa password? Nilai ulangan anak Anda buruk karena kesulitan menghafal? Hal ini banyak dialami oleh kita. Akibatnya, semakin banyak waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mencari barang, mendapat omelan dari orang lain, atau mendapat hasil yang buruk akibat sifat pelupa tersebut. Daya ingat otak memang akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Semakin tua umur seseorang biasanya mereka akan semakin pelupa. Tetapi, ini dapat juga menimpa di usia muda. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara melatih otak.
Bagikan artikel ini Facebook Bagikan di Facebook — Bagikan artikel ini Twitter Bagikan di Twitter
Baca Kumpulan Info versi mobile di mana saja: m.kumpulan.info
Info Gaya Hidup Sehat Lainnya
* Stres Anak dan Bantuan Mengatasinya
* Mengatasi Stres Walaupun Pekerjaan Menumpuk
* Sikap Optimis dapat Meningkatkan Kesehatan
Info Kesehatan Terkait
* Siapkah jadi Vegetarian?
* Demam Berdarah atau Tifus?
* Melindungi Diri dari Flu
SMS IKLAN:
MANADO DIJUAL TOYOTA HAICE PICK UP BPKB ASLI , SURAT JLN , HUB 0813 1955 4476 bpk dicky jam kerja.
Tanggal: 04/08/2010 | Jam: 17:59 | Pengirim: 628981677698 | Cara Kirim
Fungsi Otak
Dalam proses mengingat, otak memainkan peranan besar. Otak dapat terbagi atas otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri berkaitan dengan logika, angka, tulisan, kecerdasan, hitungan, analisa, dan untuk ingatan jangka pendek (short term memory). Sedangkan otak kanan kita diguakan untuk kreativitas, imajinasi, musik, warna, bentuk, emosi dan untuk ingatan jangka panjang (long term memory).
Ingatan akan lebih bertahan lama jika dalam mengingat menggunakan otak kanan. Untuk dapat mengingat dengan baik, perlu melatih otak agar berfungsi dengan optimal. Sayangnya, lebih banyak orang yang menggunakan otak kiri dalam proses mengingat. Otak kiri kebanyakan orang lebih berkembang tanpa diimbangi perkembangan otak kanan. Karena otak kiri merupakan ingatan jangka pendek, maka informasi yang disimpan di otak kiri akan lebih mudah terlupakan.
Oleh karena itu, jika ingin menyimpan dalam otak kanan, informasi harus diubah menjadi cerita atau gambar. Karena otak kanan tidak mengenal tulisan atau angka. Latihan diperlukan agar dapat mengembangkan otak kanan. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan.
Total Story Technique (TST)
Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.
Cerita tersebut benar-benar divisualisasikan dan dibayangkan. Kembangkan imajinasi Anda dengan menambahkan warna, bunyi, benda-benda pendukung dan gerak pada cerita tersebut. Misalnya, bayangkan tempat mandi berwarna pink tempat Dewi Sri mandi susu, bayangkan si Mbok yang sudah tua dan memakai kebaya abu-abu sedang mengepel halaman, dengarkan suara kunyahan permen karet di mulutnya, dan bayangkan Anda mencicipi telur yang rasanya seperti kecap, bayangkan bentuk telur yang bertabur keju dan saos tomat, dan bayangkan Anda bisa memegang telur tersebut dan merasakan kelembutannya yang seperti tisu.
Jadikan bayangan tersebut nyata di hadapan Anda. Dengan contoh cerita ini, kita telah melatih otak kanan yang berfungsi dalam kreativitas dan imajinasi. Kreativitas tercipta saat kita membuat suatu cerita singkat dan imajinasi turut berperan saat kita memvisualisasikan cerita tersebut.
Total Word Technique (TWT)
Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.
Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".
Kalimat tersebut menggunakan beberapa huruf depan atau suku kata pertama dari urutan planet yang ingin diingat. Mengendarai untuk mengingat Merkurius, Vespa untuk Venus, Bukan untuk Bumi, Mainan untuk Mars, Judi untuk Jupiter, Sahabat untuk Saturnus, Urip untuk Uranus, Nekad untuk Neptunus. Dengan membayangkan tokoh-tokoh dan yang sedang dilakukan, Anda dapat lebih mengingatnya.
Total Number Technique (TNT)
Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan. Misalnya, Anda harus mengingat angka 212.007.217.080.205. Anda dapat mengubahnya menjadi cerita seperti Wiro Sableng (212) dan James Bond (007), keduanya (2) sedang mengikuti upacara kemerdekaan (1708) pada hari pendidikan nasional (0205).
Tetapi, tidak semua kombinasi angka merupakan angka yang sudah dikenal seperti diatas. Untuk itu, Anda dapat membuat cerita sendiri dengan mengubahnya menjadi kode yang dapat diterima oleh otak kanan yaitu dalam kode bentuk atau bunyi. Anda dapat mengubah angka menjadi kode bentuk atau bunyi seperti berikut:
Angka Kode Bentuk Kode Bunyi
0 Bola Gosong
1 Tiang Sepatu
2 Bebek Tua
3 Telinga Mentega
4 Perahu Layar Ketupat
5 Perut Gendut Delima
6 Cerutu Tanam
7 Cangkul Baju
8 Kacamata Papan
9 Raket Jalan
Kode bentuk dan kode bunyi juga dapat diciptakan sendiri sesuai kreativitas Anda. Sekarang misalnya Anda harus mengingat password 284670, dapat diubah menjadi kalimat:
Mengingat dengan Kode Bentuk
Bebek (2) berkacamata (8) naik perahu layar (4) dengan tangan kanan memegang cerutu (6) dan tangan kiri memegang cangkul (7) asyik bermain bola (0).
Mengingat dengan Kode Bunyi
Kakek tua (2) membeli papan (8) dan ketupat (4) dari orang yang sedang menanam (6) baju (7) gosong (0).
Metode mengingat yang dijelaskan diatas hanya beberapa contoh teknik mengingat yang dapat digunakan, karena masih ada metode-metode lainnya. Metode mengingat tersebut akan membuat Anda dipacu untuk terus kreatif dalam menciptakan cerita singkat, membayangkan dan mengimajinasikannya.
Imajinasi Anda akan semakin terasah saat Anda menambahkan warna-warna pada bayangan cerita Anda, menambahkan gerak, aroma atau hal lainnya sehingga imajinasi Anda semakin menarik. Jika bisa, buatlah menjadi cerita yang lucu atau cerita yang tidak masuk akal. Ini akan membantu informasi lebih teringat.
Anda juga dapat mencoba untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Dengan demikian, menghafal dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mereka. Ini juga akan menjadi latihan yang baik untuk otak kanan yang bisa memacu kreativitas dan mengoptimalkan otak anak.
Jika Anda sudah mencoba mengingat dengan metode-metode tersebut, menyimpan informasi di otak kanan Anda, informasi tidak akan cepat terlupa dan membantu mengoptimalkan otak dan membantu daya ingat Anda. Selamat mencoba!
PAPUA DI AMBANG PINTU............!
Kamis, 05 Agustus 2010
Senin, 19 Juli 2010
Otonomi Khusus Papua dan Tuntutan Referendum
Otonomi Khusus Papua telah di anggap gagal. 18 Juni 2010 lalu sekitar 8000-an masa rakyat Papua mendatangi kantor DPR Papua, menyatakan tekad mereka untuk mengembalikan Otonomi Khusus kepada pemerintah pusat, sekaligus menuntut referendum.
Pada tanggal 12 Agustus tahun 2005, Dewan Adat Papua (DAP) bersama hampir 10.000 ribu masa rakyat Papua pernah menyatakan sikap yang sama, yakni; mengembalikan UU Otsus kepada pemerintah pusat karena dianggap gagal. Saat itu tampak peti mati kegagalan Otsus di usung sambil long march sejauh 20 KM dari Kantor MRP menuju kantor DPR Papua. Mereka memberikan peti mati Otsus kepada DPR Papua untuk di teruskan sampai ke Jakarta.
Minggu, 13 Juni 2010
MRP Dapat Sorotan Tajam, Lembaga Adat Tapi JugaUrusi SK 14
MRP Dapat Sorotan Tajam, Lembaga Adat Tapi Juga Urusi SK 14 PDF Print E-mail
Written by Bingtang Papua
Sunday, 06 June 2010 00:24
Jumat, 04 Juni 2010 19:33
Dari Seminar Ilmiah ‘Siapa Itu Orang Papua’
Guna mengkritisi dan memberi bobot terhadap Kriteria-kriteria dan rumusan tentang ‘Siapa orang asli Papua’, Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Uncen menyelenggarakan seminar sehari yang menghadirkan lima pemateri.
Nampak Suasana Seminar.
Nampak Suasana Seminar.
Guna mengkritisi dan memberi bobot terhadap Kriteria-kriteria dan rumusan tentang ‘Siapa orang asli Papua’, Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Uncen menyelenggarakan seminar sehari yang menghadirkan lima pemateri.
Laporan : A. Jainuri
Salah satu pemateri yang cukup vocal adalah Dr. Beny Giay memberi materi tentang masalah SK MRP No. 14 dan ‘isu orang asli Papua’. Dalam materinya dikatakan bahwa banyak belakangan ini, khususnya para elit baik Papua maupun non-Papua secara terbuka maupun diam-diam membahas pertanyaan ‘Siapa orang asli Papua’.
‘’Menjadi masalah ketika perjuangan kemerdekaan Papua melahirkan Otsus pada Tahun 2001, terlebih dengan terbitnya SK MRP No. 14, terkait Bupati dan wakil, walikota dan wakilnya harus orang asli Papua,’’ ungkap Benny Giay.
Benny Giay menawarkan 12 kriteria orang asli Papua.
Diantaranya ialah warga bangsa tanah Papua yang leluhurnya telah bermukim di tanah ini beribu-ribu tahun. Selain itu adalah warga suku bangsa tanah Papua yang berkulit hitam berambut keriting dan sejumlah criteria lainnya.
‘’Kriteria ‘orang asli Papua’ di atas harus dilihat/dibaca secara utuh, tidak dibagi-bagi dan dilihat sepotong-potong,’’ ungkap Benny Giay
Menurut Benny Giay tetapi orang asli Papua tidak hanya itu. ‘’Tetapi ada juga ‘orang asli Papua’ kategori kedua. Mereka adalah kelompok selain telah menyelami sejarah ‘orang asli Papua’, menjadikan impian Papua menjadi impiannya lalu memikul salib bersama mereka dari awal hingga akhir juga sering menantang warga Papua untuk berpikir kritis dan tidfak emosional dalam perjuangan.
Dalam kesimpulannya, salah satu panelis pemerhati masalah-masalah Papua George J Aditjondro yang juga penulis buku Gurita Cikeas mengatakan bahwa budaya yang berkembang di wilayah Papua umumnya adalah budaya keras dalam berbagai aspeknya. ‘’Kita di Papua perlu dikembangkan budaya kemampuan mengkritik diri sendiri. Karena kalau saya mengkritik tentara dipuji-puji. Kalau saya kritik pendeta atau tokoh Papua saya dimaki-maki tanpa melihat substansinya,’’ ungkap Aditjondro.
Terkait criteria orang asli Papua sendiri, Ketua MRP Agus A Alua mengungkapkan bahwa kriterianya sudah jelas tertera dalam UU 21 Tahun 2001 pasal 1.
Dalam seminar yang dihadiri empat tokoh selaku panelis, yaitu Akademisi dan Tokoh Gereja Pdt. Benny Giay, Ketua MRP Drs. Agus A Alua, Akademisi dan juga Antropolog Papua Dr. J. Mansoben dan pemerhati masalah-masalah Papua serta penulis buku Gurita Cikeas George J Adicondro, mendapat pertanyaan, saran maupun kritik dari puluhan peserta yang berkesempatan memberikan pedapat, saran, kritik maupun pertanyaan kepada panelis.
Seperti diungkapkan Petrus yang memberikan sarat bahwa yang punya tanah adapt adalah sebagai salah satu criteria disebut sebagai orang asli Papua.
SK 14 MRP pun mendapat sorotan tajam yang dinilai oleh penanya tidak perlu. Ketua MRP Agus a Alua menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa memang SK MRP itu tidak perlu terbit kalau pemerintah daerah dapat melaksanakan Otsus dengan baik. ‘’SK MRP itu terbit karena pemerintah tidak laksanakan otsus dengan baik,’’ ungkap Agus Alua.
Sorotan tajam terhadap MRP seperti apa MRP itu lembaga politik atau lembaga adat karena urusan politik juga masuk dengan terbitnya SK 14 Tahun 2009. Agus Alua mengatakan bahwa MRP adalah lembaga representative cultural orang Papua yang mewakili wilayah-wilayah adat yang ada di Papua.
Usai seminar, panitia langsung membentuk tim perumus yang akan menyusun rumusan tentang orang asli Papua. Rumusan tersebut menurut panitia akan menjadi rekomendasi yang melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Cenderawasih akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah, anggota dewan maupun MRP serta para pemangku kebijakan di Papua.(***)
Written by Bingtang Papua
Sunday, 06 June 2010 00:24
Jumat, 04 Juni 2010 19:33
Dari Seminar Ilmiah ‘Siapa Itu Orang Papua’
Guna mengkritisi dan memberi bobot terhadap Kriteria-kriteria dan rumusan tentang ‘Siapa orang asli Papua’, Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Uncen menyelenggarakan seminar sehari yang menghadirkan lima pemateri.
Nampak Suasana Seminar.
Nampak Suasana Seminar.
Guna mengkritisi dan memberi bobot terhadap Kriteria-kriteria dan rumusan tentang ‘Siapa orang asli Papua’, Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Uncen menyelenggarakan seminar sehari yang menghadirkan lima pemateri.
Laporan : A. Jainuri
Salah satu pemateri yang cukup vocal adalah Dr. Beny Giay memberi materi tentang masalah SK MRP No. 14 dan ‘isu orang asli Papua’. Dalam materinya dikatakan bahwa banyak belakangan ini, khususnya para elit baik Papua maupun non-Papua secara terbuka maupun diam-diam membahas pertanyaan ‘Siapa orang asli Papua’.
‘’Menjadi masalah ketika perjuangan kemerdekaan Papua melahirkan Otsus pada Tahun 2001, terlebih dengan terbitnya SK MRP No. 14, terkait Bupati dan wakil, walikota dan wakilnya harus orang asli Papua,’’ ungkap Benny Giay.
Benny Giay menawarkan 12 kriteria orang asli Papua.
Diantaranya ialah warga bangsa tanah Papua yang leluhurnya telah bermukim di tanah ini beribu-ribu tahun. Selain itu adalah warga suku bangsa tanah Papua yang berkulit hitam berambut keriting dan sejumlah criteria lainnya.
‘’Kriteria ‘orang asli Papua’ di atas harus dilihat/dibaca secara utuh, tidak dibagi-bagi dan dilihat sepotong-potong,’’ ungkap Benny Giay
Menurut Benny Giay tetapi orang asli Papua tidak hanya itu. ‘’Tetapi ada juga ‘orang asli Papua’ kategori kedua. Mereka adalah kelompok selain telah menyelami sejarah ‘orang asli Papua’, menjadikan impian Papua menjadi impiannya lalu memikul salib bersama mereka dari awal hingga akhir juga sering menantang warga Papua untuk berpikir kritis dan tidfak emosional dalam perjuangan.
Dalam kesimpulannya, salah satu panelis pemerhati masalah-masalah Papua George J Aditjondro yang juga penulis buku Gurita Cikeas mengatakan bahwa budaya yang berkembang di wilayah Papua umumnya adalah budaya keras dalam berbagai aspeknya. ‘’Kita di Papua perlu dikembangkan budaya kemampuan mengkritik diri sendiri. Karena kalau saya mengkritik tentara dipuji-puji. Kalau saya kritik pendeta atau tokoh Papua saya dimaki-maki tanpa melihat substansinya,’’ ungkap Aditjondro.
Terkait criteria orang asli Papua sendiri, Ketua MRP Agus A Alua mengungkapkan bahwa kriterianya sudah jelas tertera dalam UU 21 Tahun 2001 pasal 1.
Dalam seminar yang dihadiri empat tokoh selaku panelis, yaitu Akademisi dan Tokoh Gereja Pdt. Benny Giay, Ketua MRP Drs. Agus A Alua, Akademisi dan juga Antropolog Papua Dr. J. Mansoben dan pemerhati masalah-masalah Papua serta penulis buku Gurita Cikeas George J Adicondro, mendapat pertanyaan, saran maupun kritik dari puluhan peserta yang berkesempatan memberikan pedapat, saran, kritik maupun pertanyaan kepada panelis.
Seperti diungkapkan Petrus yang memberikan sarat bahwa yang punya tanah adapt adalah sebagai salah satu criteria disebut sebagai orang asli Papua.
SK 14 MRP pun mendapat sorotan tajam yang dinilai oleh penanya tidak perlu. Ketua MRP Agus a Alua menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa memang SK MRP itu tidak perlu terbit kalau pemerintah daerah dapat melaksanakan Otsus dengan baik. ‘’SK MRP itu terbit karena pemerintah tidak laksanakan otsus dengan baik,’’ ungkap Agus Alua.
Sorotan tajam terhadap MRP seperti apa MRP itu lembaga politik atau lembaga adat karena urusan politik juga masuk dengan terbitnya SK 14 Tahun 2009. Agus Alua mengatakan bahwa MRP adalah lembaga representative cultural orang Papua yang mewakili wilayah-wilayah adat yang ada di Papua.
Usai seminar, panitia langsung membentuk tim perumus yang akan menyusun rumusan tentang orang asli Papua. Rumusan tersebut menurut panitia akan menjadi rekomendasi yang melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Cenderawasih akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah, anggota dewan maupun MRP serta para pemangku kebijakan di Papua.(***)
Pengertian Orang Asli Papua Belum Jelas
Friday, 04 June 2010 12:44
0diggsdigg
JUBI --- Sampai saat ini pengertian mengenai siapa itu orang asli Papua belum jelas.
Pembantu Rektor III Universitas Cenderawasih, Paul Homers mengatakan jawaban atas sejumlah pertanyaan mengenai siapa itu orang asli Papua masih harus dicari.
“Kita harus memberi jawaban atas pertanyaan ini agar masyarakat tidak lagi bertanya-tanya,” kata Homers saat membuka seminar sehari yang bertajuk 'Siapa Itu orang Asli Papua' di Auditorium Universitas Cenderawasih Jayapura, Jumat (4/6).
Menurutnya , ada tiga pertanyaan yang sering timbul di kalangan umum. Pertama, apakah seseorang yang disebut orang asli Papua adalah yang rambutnya keriting dan berkulit hitam? Kedua, apakah disebut sebagai orang asli Papua karena kedua orang tuanya juga orang asli?. Terakhir, apakah bisa disebut orang asli Papua jika salah satu dari kedua orang tuanya asli Papua?.
"Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab,” tuturnya.
Seminar tersebut dihadiri mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jayapura, masyarakat, dan LSM.
Pematerinya antara lain, Pdt. Dr. Beny Giay, Dr. Jos Mansoben, Ketua MRP Agus Alue Alua, dan George Junus Aditjondro. (Musa Abubar)
0diggsdigg
JUBI --- Sampai saat ini pengertian mengenai siapa itu orang asli Papua belum jelas.
Pembantu Rektor III Universitas Cenderawasih, Paul Homers mengatakan jawaban atas sejumlah pertanyaan mengenai siapa itu orang asli Papua masih harus dicari.
“Kita harus memberi jawaban atas pertanyaan ini agar masyarakat tidak lagi bertanya-tanya,” kata Homers saat membuka seminar sehari yang bertajuk 'Siapa Itu orang Asli Papua' di Auditorium Universitas Cenderawasih Jayapura, Jumat (4/6).
Menurutnya , ada tiga pertanyaan yang sering timbul di kalangan umum. Pertama, apakah seseorang yang disebut orang asli Papua adalah yang rambutnya keriting dan berkulit hitam? Kedua, apakah disebut sebagai orang asli Papua karena kedua orang tuanya juga orang asli?. Terakhir, apakah bisa disebut orang asli Papua jika salah satu dari kedua orang tuanya asli Papua?.
"Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab,” tuturnya.
Seminar tersebut dihadiri mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jayapura, masyarakat, dan LSM.
Pematerinya antara lain, Pdt. Dr. Beny Giay, Dr. Jos Mansoben, Ketua MRP Agus Alue Alua, dan George Junus Aditjondro. (Musa Abubar)
Langganan:
Postingan (Atom)
anak koteka yang merantau di belantara
